"Wacana menjadikan kompetisi di Indonesia lebih profesional hanya omong kosong. Pengurus PSSI sekarang tidak lebih baik dari pengurus sebelumnya. Bahkan pengurus sekarang tidak punya jiwa kemanusiaan," tegas Sekretaris Umum Persikota, Sahril, kepadaBola.net, Jumat (23/9).
Menurut Sahril, pengurus PSSI di bawah kepemimpinan Djohar Arifin kerap membuat keputusan yang tidak berlandaskan profesionalitas atau fair play. Tetapi, lebih cenderung memakai pertimbangan politik.
Salah satunya, lanjut Sahril, keputusan menentukan peserta kompetisi Liga Super. 24 tim peserta Liga Super musim depan, diputuskan menggunakan pertimbangan politik.
"Kalau ada yang bilang bahwa semua keputusan itu berdasarkan aturan, itu semua tidak benar. Itu murni muatan politik, banyak kepentingan pribadi dan golongan," tandas Sahril.
Masuknya PSMS Medan misalnya. Kata Sahril, keputusan itu tidak berdasarkan hukum, melainkan pertimbangan politik. Yakni PSMS Medan adalah penyokong suara untuk Djohar Arifin dalam kongres pemilihan Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum, serta anggota Komite Eksekutif PSSI di Solo, belum lama ini.
Namun, dalih PSSI memasukkan PSMS karena tim itu punya sejarah panjang di kancah sepak bola tanah air.
"Dalam olahraga tidak ada pertimbangan seperti itu. Kalau begitu, pengurus PSSI mengabaikan nilai-nilai fair play," tandasnya. "Kekecewaan Persikota, sudah memuncak. Oleh karenanya, Ksatria Benteng tidak akan ikut kompetisi nanti." "Pokoknya, Persikota akan menjadi tim pertama yang akan mundur dari kompetisi," tegasnya.
Selanjutnya, kubu Persikota akan mendatangi kantor PSSI. Tujuannya untuk mengambil semua berkas persyaratan yang telah dikirimkan beberapa waktu lalu.
"Pengambilan berkas sebagai isyarat bahwa kami tidak akan ikut kompetisi," pungkas Sahril.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar