Gembar gembor yang mengaitkan nama Andik Vermansyah dengan sejumlah klub Serie A Italia, mendapat tanggapan dari pengamat sepak bola Italia, Rayana Djakasurya. Menurut pria yang lama bermukim di 'Negeri Spaghetti' itu, standar kualitas Andik masih sulit menembus ketatnya persaingan sepak bola Italia. Karena itu, kabar Andik yang dikaitkan dengan klub Serie A dipandangnya hanya sebatas sensasi.
"Sepak bola Italia itu realistis. Mereka beri penilaian secara fair. Pemain yang dianggap jelek, ya dikatakan jelek. Bagus, ya bagus. Mereka tidak bakal rekrut pemain hanya didasari isu. Semua ada pertimbangan teknis," kata Rayana saat dihubungi, Rabu (28/3).
Secara jujur Rayana mengatakan bahwa skill, fisik, dan mental Andik masih jauh untuk bisa bersaing di Italia. Dengan ukuran tubuhnya yang hanya 160-an sentimeter, Andik akan sulit bersaing dengan pemain bertubuh tinggi besar dan memiliki kecepatan di atas rata-rata.
"Sepak bola Italia itu realistis. Mereka beri penilaian secara fair. Pemain yang dianggap jelek, ya dikatakan jelek. Bagus, ya bagus. Mereka tidak bakal rekrut pemain hanya didasari isu. Semua ada pertimbangan teknis," kata Rayana saat dihubungi, Rabu (28/3).
Secara jujur Rayana mengatakan bahwa skill, fisik, dan mental Andik masih jauh untuk bisa bersaing di Italia. Dengan ukuran tubuhnya yang hanya 160-an sentimeter, Andik akan sulit bersaing dengan pemain bertubuh tinggi besar dan memiliki kecepatan di atas rata-rata.
"Andik secara teknis biasa-biasa saja. Kalau untuk bermain di Serie A, harus jujur Andik belum ada apa-apanya," ulas Rayana.
Rayana merujuk pada penampilan Andik selama ini yang belum mempertontonkan performa maksimal di Liga Prima Indonesia. Andik dipandang hanya tampil baik di laga persahabatan lawan LA Galaxy dan turnamen Hassanal Bolkiah. "Lawan LA Galaxy kita semua tahu itu laga uji coba. Dan, pastinya akan diberi kesempatan pemain Indonesia beraksi. Karena itu, Andik mampu menonjol," nilainya.
Pun halnya di Hassanal Bolkiah di mana Andik hanya menghadapi tim Asia Tenggara yang berusia di bawah 21 tahun. "Untuk bermain di Italia, itu tidak bisa hanya dinilai dari satu dua performa. Seorang (Yuto) Nagamoto yang juara Asia saja butuh waktu lama. Dia harus merintis dari usia muda di tim junior," katanya.
Untuk itu, dia meminta sejumlah pihak agar realistis. Hanya dengan pembinaan pemain yang benar, publik bisa berharap melihat pemain Indonesia bermain di kompetisi papan atas seperti Serie A.
Rayana merujuk pada penampilan Andik selama ini yang belum mempertontonkan performa maksimal di Liga Prima Indonesia. Andik dipandang hanya tampil baik di laga persahabatan lawan LA Galaxy dan turnamen Hassanal Bolkiah. "Lawan LA Galaxy kita semua tahu itu laga uji coba. Dan, pastinya akan diberi kesempatan pemain Indonesia beraksi. Karena itu, Andik mampu menonjol," nilainya.
Pun halnya di Hassanal Bolkiah di mana Andik hanya menghadapi tim Asia Tenggara yang berusia di bawah 21 tahun. "Untuk bermain di Italia, itu tidak bisa hanya dinilai dari satu dua performa. Seorang (Yuto) Nagamoto yang juara Asia saja butuh waktu lama. Dia harus merintis dari usia muda di tim junior," katanya.
Untuk itu, dia meminta sejumlah pihak agar realistis. Hanya dengan pembinaan pemain yang benar, publik bisa berharap melihat pemain Indonesia bermain di kompetisi papan atas seperti Serie A.
"Kita harus memiliki pemain yang siap secara mental, teknis, dan fisik baik untuk bermain di Italia,'' katanya. ''Sayangnya, hingga saat ini kita harus jujur bahwa kualitas pemain kita masih jauh jika ingin bermain di Italia."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar