Drama terbaru dalam sepak bola Indonesia yang dimulai pada Desember ketika pengurus lama Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menggelar kompetisi liga yang diikuti klub-klub papan atas yang memisahkan diri dari PSSI.
FIFA telah memberikan batas waktu sampai 15 Juni untuk menyatukan klub di bawah satu kepengurusan atau mendapat sanksi dari badan sepak bola tertinggi di dunia tersebut.
AFC mengatakan bahwa MoU ditandatangani pada Kamis di Kuala Lumpur.
"Ini adalah awal dari sebuah babak baru dalam sepak bola Indonesia dan kesempatan untuk mengesampingkan perbedaan pribadi dan politik demi kepentingan sepak bola," kata wakil presiden AFC HRH Pangeran Abdullah Ibni Sultan Ahmad Shah.
Berdasarkan perjanjian tersebut, komite yang dibentuk PSSI akan merancang liga papan atas baru dan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) tidak akan diakui sebagai pengurus. Namun, empat anggota KPSI akan kembali bergabung dengan PSSI.
Perjanjian ini memungkinkan Liga Super, pesaing kompetisi resmi Liga Prima, bisa melanjutkan kompetisi, tetapi di bawah kepengurusan PSSI.
"Kami yakin bahwa MoU memenuhi persyaratan FIFA saat semua kegiatan sepak bola akan berada di bawah kepengurusan PSSI," kata Shah.
Sayangnya krisis mungkin jauh dari selesai, pasalnya di Jakarta, pejabat PSSI mengadakan pertemuan darurat pada Jumat untuk membahas tindak lanjut dari perjanjian itu.
Mereka mengatakan bahwa perwakilan mereka menandatangani MoU tetapi mereka sendiri tidak pernah setuju perjanjian itu secara penuh.
"Tentu saja, kami senang bahwa Liga Super akan kembali di bawah PSSI, tapi kami tidak pernah setuju untuk anggota KPSI dikembalikan ke asosiasi kami," kata pengurus resmi PSSI Rudolf Yesayas kepada AFP.
"Pada pertemuan itu ada banyak pejabat di sini, dan saya dapat bercerita banyak dari kita yang sangat, sangat tidak senang."
PSSI telah berada dalam sorotan AFC dan FIFA dalam beberapa tahun terakhir atas tuduhan korupsi, buruknya kepemimpinan, dan keamanan yang buruk dalam pertandingan yang telah membuat suporter tewas atau terluka parah dalam perkelahian.
Sebelumya FIFA mengancam memberikan sanksi kepada Indonesia, termasuk menendang tim nasional dari kompetisi internasional.
"Ini adalah awal dari sebuah babak baru dalam sepak bola Indonesia dan kesempatan untuk mengesampingkan perbedaan pribadi dan politik demi kepentingan sepak bola," kata wakil presiden AFC HRH Pangeran Abdullah Ibni Sultan Ahmad Shah.
Berdasarkan perjanjian tersebut, komite yang dibentuk PSSI akan merancang liga papan atas baru dan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) tidak akan diakui sebagai pengurus. Namun, empat anggota KPSI akan kembali bergabung dengan PSSI.
Perjanjian ini memungkinkan Liga Super, pesaing kompetisi resmi Liga Prima, bisa melanjutkan kompetisi, tetapi di bawah kepengurusan PSSI.
"Kami yakin bahwa MoU memenuhi persyaratan FIFA saat semua kegiatan sepak bola akan berada di bawah kepengurusan PSSI," kata Shah.
Sayangnya krisis mungkin jauh dari selesai, pasalnya di Jakarta, pejabat PSSI mengadakan pertemuan darurat pada Jumat untuk membahas tindak lanjut dari perjanjian itu.
Mereka mengatakan bahwa perwakilan mereka menandatangani MoU tetapi mereka sendiri tidak pernah setuju perjanjian itu secara penuh.
"Tentu saja, kami senang bahwa Liga Super akan kembali di bawah PSSI, tapi kami tidak pernah setuju untuk anggota KPSI dikembalikan ke asosiasi kami," kata pengurus resmi PSSI Rudolf Yesayas kepada AFP.
"Pada pertemuan itu ada banyak pejabat di sini, dan saya dapat bercerita banyak dari kita yang sangat, sangat tidak senang."
PSSI telah berada dalam sorotan AFC dan FIFA dalam beberapa tahun terakhir atas tuduhan korupsi, buruknya kepemimpinan, dan keamanan yang buruk dalam pertandingan yang telah membuat suporter tewas atau terluka parah dalam perkelahian.
Sebelumya FIFA mengancam memberikan sanksi kepada Indonesia, termasuk menendang tim nasional dari kompetisi internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar