Paksakan Eks LPI Ikut Kompetisi ISL

PSSI kembali mencoba tidak konsisten. Hanya enam hari setelah mengumumkan kompetisi Indonesia Super League (ISL) musim depan digelar satu wilayah dengan 18 peserta, tadi malam PSSI berusaha mengubahnya lagi. 

Dalam lanjutan rapat pleno Exco yang digelar di Hotel Sahid jaya tadi malam (21/9), Ketua umum PSSI Djohar Arifin dan beberapa anggota Exco melontarkan usulan ISL musim depan diikuti lebih dari 18 tim. Tujuannya adalah untuk mengakomodasi klub-klub eks LPI (Liga Primer Indonesia). Yaitu Persema malang, Persibo Bojonegoro, dan PSM Makassar. 

La Nyalla Mattaliti, salah satu anggota Exco kepada media menyatakan bahwa dalam rapat pleno Exco tadi malam Ketum PSSI merehabilitasi status Persema, Persibo, dan PSM yang sebelumnya terkena sanksi dari PSSI karena musim lalu membelot ke LPI. Dalam kongres tahunan di Bali Persema dan Persibo dicabut keanggotaannya, sedangkan PSM dilempar ke Divisi I. 

Sesuai aturan, karena status keanggotaanya dicabut lewat kongres, maka "pengampunan" Persema dan Persibo juga harus dilakukan lewat kongres. "Mereka beralasan tidak perlu kongres," kata Nyalla. Untuk menggolkan rencana itu, Ketum dan kelompoknya membawa orang hukum, Timbul Thomas Lubis, yang sebelumnya dikenal sebagai salah satu pengacara kelompok 78 (pendukung George Toissutta-Arifin Panigoro). 

Terkait dualisme kepengurusan di beberapa klub, hingga pukul 23.00 WIB menurut informasi yang disampaikan La Nyalla Mattalitti Arema sudah disepakati bahwa  "Arema M.Nur" yang diakui PSSI. Sedangkan Persija statusnya masih dipending. Sampai tadi malam nasib Persebaya masih belum jelas. 

Sementara itu, dalam verifikasi tadi malam beberapa klub menyayangkan PSSI yang lamban dalam menetapkan tim-tim yang berhak tampil di ISL musim depan. Itu membuat sponsor ragu menjalin kerjasama dengan klub. "Karena banyak kepentingan yang masuk semua jadi lamban. Itu membuat penyandang dana ragu-ragu," kata Iwan Nazaruddin, manajer Persidafon Dafonsoro. 

Belum adanya kepastian lolos atau tidak ke ISL musim depan menurut Iwan membuat Persidafon sulit mendapat sponsor. "Sejauh ini yang sudah pasti baru Bank BRI dan Bank Papua. Nilainya sekitar Rp 4 Miliar," lanjut Iwan. Padahal sambung Iwan sebenarnya sudah ada 14 perusahaan di Jayapura yang siap menjadi sponsor. Tapi semua masih pending karena sampai sekarang belum ada kepastian Persidafon akan berlaga di level mana.
http://www.jpnn.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar