Ketum PSSI Dinilai Istimewakan Sejumlah Klub


Kritik mengenai format kompetisi Liga Super musim 2011/12 kembali muncul, tidak hanya dari peserta namun juga klub lain di luar kasta.
Persik Kediri adalah salah satu klub yang tidak masuk dalam daftar 24 klub peserta Liga Super musim depan. Namun sebagai mantan juara kompetisi kasta tertinggi di Indonesia, tentu mereka memiliki kapabilitas untuk menilai format kompetisi 24 klub dalam satu wilayah tersebut.
Sekretaris Umum (Sekum) Persik, Barnadi menilai bahwa kompetisi satu wilayah dengan 24 klub sangat tidak ideal, karena jadwal pemain menjadi payah dan biaya operasinal terlalu banyak.
"Saya tidak setuju dengan isu KLB (Kongres Luar Biasa) untuk merubah jumlah peserta dari 24 menjadi 18 klub. Pak Djohar (Arifin Husin, ketua umum PSSI) tidak boleh mementingkan enam klub, tetapi harus mementingkan kepentingan orang banyak," ujar Barnadi.
Saat ini, klub liga profesional dilarang menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dengan demikian, klub harus mati-matian mencukupi kebutuhannya sendiri.
Dengan membengkaknya jumlah klub, tentu membengkak juga jumlah pertandingan sehingga membengkak juga biaya operasional klub.
Persik sempat ditetapkan sebagai klub yang lolos verifikasi, namun ternyata hasil ini tidak lagi digunakan PSSI tanpa ada alasan yang jelas. PSSI justru menambahkan enam klub dengan pertimbangan yang sama sekali tidak profesional.
Tiga klub yang menyeberang ke Liga Primer Indonesia di pertengahan musim lalu, yakni Persema Malang, Persibo Bojonegoro dan PSM Makassar justru diikutkan dalam kasta tertinggi karena rasa empati PSSI.
Sementara PSMS Medan dan Persebaya Surabaya dijelaskan karena titipan sponsor, sementara FC Bontang karena PSSI, lewat ketua komite kompetisi Sihar Sitorus, merasa “tidak enak kalau Bontang ditinggal sendirian".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar